Kamis, 02 April 2009

PENYAKIT GINJAL

Ginjal adalah salah satu organ tubuh pemberian Tuhan yang harus selalu kita syukuri, ginjal sangat berperan dalam proses urinaria tubuh. Kerusakan ginjal dapat mengganggu sistem sekresi sehingga keberadaan ginjal perlu dijaga agar fungsinya maksimum. Kerusakan ginjal terjadi secara bertahap Adapun tahapan dari penurunan fungsi ginjal yaitu :

  • Kerusakan ginjal minimal
  • Kerusakan ginjal ringan
  • Kerusakan ginjal sedang
  • Kerusakan ginjal berat
  • Gagal ginjal (fungsi ginjal <15%)

Gagal ginjal dapat terjadi karena kelainan primer seperti infeksi ginjal, sumbatan batu ginjal, kelainan gagal ginjal, atau komplikasi dari penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.

Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendeteksi kerusakan fungsi ginjal:

1) Pemeriksaan darah (kadar sel darah, ureum, kreatinin, asam urat, Kalium, fosfor, kalsium)

2) Air seni (Mikroskopik dan protein)

3) Rontgen ginjal

4) USG ginjal

5) Biopsi ginjal

* Pencangkokan ginjal.

Pencangkokan ginjal pada prinsipnya adalah memindahkan ginjal sehat ke penderita gagal ginjal. Ginjal baru ini akan diletakkan di rongga ileum kemudian menyambungkan pembuluh darah ginjal baru dengan pasien, baru kemudian dengan (saluran kencing) ureter. Berhasilnya pencangkokan ginjal baru ditandai dengan keluarnya air seni dari ginjal tersebut. Ginjal yang gagal biasanya tidak perlu diambil tapi bila menyebabkan infeksi maka ginjal tersebut perlu diangkat. Untuk operasi pengangkatan ginjal tersebut diperlukan waktu 2-3 jam.

Sedangkan operasi pencangkokan ginjal sendiri membutuhkan waktu 2-3 jam.

Keunggulan dari pencangkokan ginjal adalah tidak perlu repot dengan cuci darah hingga 2-3 kali dalam 1 minggu sehingga meningkatkan kualitas hidup.
Pencangkokan ginjal merupakan cara pengobatan gagal ginjal terbaik dimana satu ginjal sehat dapat menggantikan 2 ginjal sakit pada pasien gagal ginjal. Ginjal hasil pencangkokan dapat bertahan selama 40 tahun bila dirawat dengan baik. Satu orang penderita gagal ginjal dapat melakukan pencangkokan ginjal maksimal 4 kali. Batas umur penerima donor ginjal pada pencangkokan bagi adalah 70-80 tahun.

Setelah pencangkokan ginjal, penerima donor harus minum obat yang biasa disebut anti tolak untuk jangka panjang. Obat ini berfungsi agar tubuh dapat menerima organ baru yang dicangkokkan.

Sebelum operasi pencangkokan ginjal perlu dilakukan pemeriksaan seperti:

a) darah rutin

b) urin rutin

c) pemeriksaan darah

d) EKG dan USG

e) Endoskopi

f) X-ray

g) Pemeriksaan jantung

h) Pemeriksaan jaringan (HLA) dan Antibodi (PRA)

Ada 3 jenis donor cangkok ginjal

o Donor keluarga

o Donor non keluarga

o Donor dari orang yang telah meninggal

Untuk melakukan cangkok ginjal diperlukan dana sekitar $ 25.000 wiiiiiiiiiih mahal banget. jadi sebaiknya sedini mungkin kita jaga kesehatan tubuh, ginjal salah satunya.

Hmm kalau kena penyakit jadi susah klo mau makan mesti plah pilih ... gagal ginjal tu selain dengan hemodialisis bisa juga dengan donor ya? Duh biasanya si GG (gagal ginjal) cendrung komplikasi dari Diabetes deh (40%).

Beberapa terapi bagi yg gagal ginjal:

1) konservatif : obat obatan, diet dan kontrol teratur = biasanya gagal kalau sudah kronis atau akut

2) cuci darah = hemodialisis = 2x seminggu harus rutin biayanya 500ribu-1juta per dialisis ..

3) TGP (terapi ginjal pengganti) = cangkok ginjal =di Cina 400 juta an ... = paling di anjurkanm ni saya ambil dari beberapa sumber:

a. Periksa-Diagnosa: Pengenalan dini Gagal Ginjal (GG).

b. Kontrol: Monitoring progresivitas GG.

c. Penyebab: Deteksi dan lakukan koreksi terhadap penyebab GG yang reversible, yang masih bisa disembuhkan.

d. Perlambat: Melakukan intervensi pengobatan/tindakan untuk memperlambat progresivitas GG.

e. Ginjal Sensitif: Hindari kerusakan tambahan pada ginjal: obat/jamu yang toksik terhadap ginjal, obati infeksi yang ada, atasi kekurangan cairan misalnya pada muntaber.

f. Obati Komplikasi: Berikan terapi terhadap komplikasi GG.

g. Terapi Pengganti: Rencanakan Terapi Pengganti Ginjal.

Intinya kalau sudah gagal ginjal susah di sembuhkan ... tindakan paling tepat ya TPG ... tapi mahal sekali ...

Rabu, 24 Desember 2008

Pengertian Gizi buruk

Gizi adalah suatu hubungan makanan dengan kesehatan dan proses dimana organism menggunakan makanan untuk manghasilkan energy, pertumbuhan dan perkembangan, mengganti jaringan sel yang rusak, regulasi fungsi bio-metabolisme dan mempertahankan hidupnya. 
Gizi buruk (Malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi manahun. Gizi buruk membawa dampak bukan hanya pada kehidupan anak-anak yang masih berusia muda, akan tetapi saat ini telah terjadi pada hampir semua golongan umur.  
Gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya pada umumnya, prestasi kerja dan olahraga yang menurun adalah salah satu bentuk manifestasi dampak keadaan gizi, yang tidak optimal. Hingga dapat disimpulkan bahwa gizi buruk membawa dampak yang tidak menguntungkan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Secara sederhana, status gizi pada anak balita dapat kita ketahui dengan membandingkan antara berat badan normal menurut umur maupun membandingkan panjang badan dengan ukuran yang telah ditetapkan atau ukuran standar. Apabila sesuai dengan standar maka dapat dikatakan bahwa bayyi atau balita tersebut memiliki gizi yang baik sedangkan jika ukuran tidak sesuai dengan standar maka balita tersebut mengalami penyakit masalah malnutrisi atau gizi buruk.
Pada fase lanjut, orang yang mengalami gizi buruk akan rentan terhadap infeksi, terjadinya pengurasan otot, pembengkakan hati, dan mengalami gangguan penyakit lainya seperti infeksi, peradangan pada kulit seperti dehidrasi, mengalami kelainan organ dan fungsi-fungsi organ.
Menurut data yang didapatkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2003 di Indonesia terdapat sekitar 27,5% atau kurang lebih 5 juta balita kuarang gizi, 19,2% atau sekitar 3,5 juta anak dalam tingkat gizi kurang, dan 8,3% atau 1,5 juta anak mengalami gizi buruk. Sedangkan menurut WHO pada tahun 1999 mengelompokan wilayah berdasarkan prevalensi gizi buruk ke dalam empat kelompok yaitu: 
Kelompok wilayah rendah yaitu dibawah 10%
Kelompok wilayah sedang yaitu antara 10-19%
Kelompok wilayah tinggi yaitu antara 20-29%
Kelompok wilayah sangat tinggi yaitu diatas 30%  

Senin, 22 Desember 2008

BERKOMUNIKASI DENGAN BAIK DAN BERHASIL

Syarat utama untuk bisa berkomunikasi dengan baik hanya satu. Yakni kerelaan mendengarkan apa yang lawan bicara ucapkan. Tentu saja bukan mendengarkan secara pasif, namun secara aktif. Artinya, Anda memberi perhatian. Wujudnya bisa komentar, tanggapan, keterbukaan, dan juga berdiam diri. Adapun keterampilan menjadi pendengar aktif dapat Anda latih dengan tips berikut:


1. Ajukan pertanyaan bila ada ucapan lawan bicara yang kurang jelas. Hal ini dapat membantu Anda memperoleh informasi lebih lengkap, sekaligus menunjukkan ketertarikan Anda. Misalnya, “Contohnya bagaimana?” atau “Bisakah ceritakan lebih banyak lagi?”


Ada beberapa orang yang merasa kurang nyaman atau disudutkan jika ditanya, karena itu pertanyaan hendaknya diajukan dengan lembut dan tidak terkesan seperti menyelidik. Hati-hati dengan pertanyaan “ke-napa”. Contohnya, ketimbang me-nanyakan, “Kenapa Anda mengambil sekolah malam?” lebih baik tanyakan, “Adakah sesuatu yang menarik untuk Anda pelajari di sana?” Sebab bisa jadi dia mengambil sekolah malam karena dulu tiap kali ujian tak pernah lulus dan pertanyaan Anda bisa menyinggung perasaannya.


2. Nyatakan kembali kesimpulan dari pernyataan yang Anda dengar darinya untuk menghindari kesalahpahaman.


Ungkapkan ekspresi perasaan Anda. Biarkan lawan bicara melihat bagaimana emosi Anda terpengaruh oleh ucapannya.


3. Hindari sikap memaksakan kehendak. Kalaupun Anda be da pendapat atau pandangan, hendaknya tetap Anda nyatakan. Hanya lakukan dengan cara bersahabat dan jelas.


4. Jagalah bahasa tubuh Anda. Saat berbicara dengan lawan bicara, tetap pertahankan kontak mata untuk menumbuhkan kesan jujur dan percaya diri. Hindari menggigit bibir, goyang-goyang kaki, dan gerakan lain yang menimbulkan kesan Anda sedang gelisah atau tak betah berbicara. Usahakan postur tubuh tegak, dengan posisi kaki dan lengan dalam keadaan santai.


5. Hindari kata “selalu, mesti” maupun “tidak pernah”. Biasanya kata-kata itu tidak menggambar kan fakta sesungguhnya dan cenderung memancing sikap defensif dari lawan bicara. Ketimbang mengatakan, “Toilet kantor ini tidak pernah dibersihkan” lebih baik katakan, “Apa yang bisa kita lakukan agar toilet kantor ini jadi bersih?”


6. Sesuaikan gaya komunikasi Anda dengan tiap individu.


Ingat, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sama. Jenis kelamin, usia, budaya, daerah asal, pekerjaan, pengalaman kerja, dan tipe kepribadian, hanyalah merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi gaya komunikasi seseorang.


Mengenali perbedaan ini dapat mengurangi risiko kesalahpahaman maupun frustrasi saat berkomunikasi. Orang dengan tipe ekstrovert biasanya senang memonopoli percakapan, selalu penuh inisiatif, dan ceplas-ceplos bicaranya. Sedangkan mereka yang bertipe introvert lebih senang menyendiri dan selalu berpikir hati-hati sebelum ber-tindak atau berbicara.


7. Berikan umpan balik, pujian, atau dukungan. Buatlah orang lain tahu bahwa Anda menghargai usaha atau prestasi mereka. Penghargaan atau respek adalah kunci utama dalam menumbuhkan hubungan komuniasi yang seimbang dan saling mendukung.


8. Yakinlah, bila melakukan satu saja tips di atas setiap minggunya, Anda niscaya akan merasakan perubahan positif dalam kehidupan sosial maupun perkembangan karier. Selamat mencoba.

Prevalensi HIV/AIDS di Lapas Capai 12 Persen

Prevalensi HIV/AIDS di Lapas Capai 12 Persen
Baban Gandapurnama - detikBandung



Diskusi di Lapas Banceuy

Bandung - Narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan rentan terhadap beragam jenis penyakit. Di antaranya penyakit TBC, kulit, HIV/AIDS, serta hepatitis. Berdasarkan survey Dinas Kesehatan Kota Bandung, khususnya di Lapas Narkotika, prevalensi HIV/AIDS mencapai 12 persen dari napi yang dites.

Hal itu disampaikan perwakilan dari LSM Integrated Management for Prevention and Control and Treatment of HIV/AIDS (IMPACT) Bachti Alisjahbana. Menurutnya secara umum diketahui bahwa prevalensi HIV/AIDS ditemukan lebih banyak di Lapas ketimbang di masyarakat umum.

"Kejadiannya lebih tinggi pada pengguna narkoba suntik di lingkungan Lapas narkotika," jelasnya saat acara Peringatan Hari AIDS Sedunia di Tingkat Jawa Barat, di Lapas Banceuy, Bandung, Kamis (11/12/2008).

Menurutnya hal itu disebabkan rendahnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS serta ketersedian obat anti HIV. Juga adanya stigma yang membuat para napi enggan melaporkan kondisi kesehatannya secara aktif. Bahkan, kata dia, beberapa napi baru diketahui sakit setelah kondisinya parah.

"Ini menjadikan angka kematian di lapas tinggi. Penyakit HIV/AIDS penyebab paling banyak penderita meninggal di Lapas. Selain itu, bila seorang misalnya sakit TBC, bila tak terdeteksi, menjadi ancaman bagi penghuni lain karena mungkin menularkan penyakit tersebut," katanya.

Adanya pelayanan kesehatan di lapas seperti tersedianya klinik, tambah Bachti, memberi keuntungan bagi para napi. Dengan kesehatan yang diperhatikan, bisa membuat rasa nyaman bagi napi walau dirinya sedang ditahan.